Pendidikan IPS yang selama ini yang terkesan jalan di
tempat, masih belum mendapatkan posisi yang membanggakan di tengah arus
globalisasi, menghadapi fenomena ini pendidikan IPS idealnya harus responsif
dan menata diri berhadapan dengan globalisasi. Menurut Somantri (2001:134) PIPS
harus mampu mengembangkan dan memplopori pembaharuan dalam IP, karena dengan
berkembangnya PIPS yang berpotensi untuk mengembangkan diri ke arah peningkatan
mutu lewat berbagai pembaharuannya.
Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, apabila PIPS tetap ingin eksis dan
mempunyai kedudukan yang berarti bagi umat manusia yaitu:
1. Pembaharuan
kurikulum PIPS hendaknya bukan sekedar tambal sulam, tetapi lebih bersifat
interdisipliner dan berorientasi pada “functional knowledge” serta aspirasi
kebudayaan Indonesia dan nilai-nilai agama.
2. Pengajar
harus mampu menyajikan pengajaran atau pembelajaran yang bersifat
interdisiplin, berperan sebagai fasilitator pembelajar dan menjadi problem
solver baik dikampus atau sekolah maupun di tengah-tengah masyarakat. Pengajar
harus mampu memahami kebutuhan dasar lingkungannya, sehinggga pengajaran PIPS
tidak bersifat kering.
3. Membangun
hubungan secara sinergis antara LPTK, praktisi pendidikan, sekolah, pembuat
kebijakan pendidikan, serta berbagai elemen environment guna melakukan sharing
untuk menyusun kurikulum yang integratif dan responsif terhadap
permasalahan-permasalahan riil, baik lokal, regional, nasional maupun
internasional.
4. Kurikulum
PIPS mampu membuat estimasi kehidupan yang akan berlangsung 30-50 tahun yang
akan datang. Paradigma kutikulum PIPS berorientasi ke depan, dan konskuensinya
kurikulum harus mampu mengantisipasi kecendrungan-kecendrungan yang akan
datang.
Pendidikan
PIPS sebagai synthetic discipline berusaha mengorganisasikan dan menembangkan
substansi ilmu-ilmu sosial secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan
pendidikan. PIPS mempunyai peran penting dalam membangun identitas nasional
untuk menjadikan peserta didik tang kreatif, mampu memecahkan masalah diri dan
lingkungannya, serta menjadi warga negara yang baik dan bermoral. Di tengah
iklim globalisasi, PIPS tetap diperlukan baik sebagai penopang identitas
nasional, maupun problem solver masalah-masalah lokal, regional, nasional, dan
global. Berbagai masalah PIPS baik dari kurikulum, pengembangan di LPTK,
kemampuan guru dalam mengajarkan, dan kebijakan pemerintah dalam mendorong PIPS
yang ideal perlu terus diusahakan secara optimal. Tanpa sinergitas dari
berbagai komponen diatas, sulit mewujudkan PIPS yang bermakna.
IPS
merupakan seperangkat fakta peristiwa, konsep, dan generalisasi yang berkaitan
dengan prilaku dan tindakan manusia untuk membangun dirinya, masyarakatnya,
bangsanya dan lingkungannya berdasrkan pada pengalaman masa lalu yang dapat
dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan datang,
diantaranya (Somantri, 2001, hal. 183) :
1. Mengembangkan
pengetahuan kesosiologian, kegeorafian, keekonomian, dan kesejarahan.
2. Mengembangkan
kemampuan berfikir, inquiri, penmecahan masalah, dan keterampilan sosial.
3. Membangun
komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4. Meningkatkan
kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama dalam masyarakat yang majemuk, di
tingkat loka, nasional, dan global.
Pengembangan
pendidikan relevansi dengan harapan agar hasil pendidikan sesuai dengan
kebutuhan, dalam arti dapat memberi dampak bagi pemenuhan kebutuhan peserta
didik, baik kebutuhan kerja, kehidupan di masyarakat dan melanjutkan ke jenjang
yang lebih tinggi. Dalam perekembangan proses pembelajaran harus bermakna,
salah satu pembelajran berbasis budaya yang bertujuan untuk menciptakan arti
bersifat dinamis. Proses tersebut memberikan kesempatan arti bersifat dinamis.
Proses tersebut memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan
berbagai rasa ingin ketahuannya, terlibat dalam proses analisis dan eksplorasi
yang kreatif untuk mencari jawaban, serta terlibat dalam proses pengambilan
keputusan yang unik (Suprayeksi, 2007,
hal. 4.35)
Pengembangan
masyarakat menurut (Suharto, 2009, hal. 38) memiliki fokus terhadap upaya
menolong anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerja sama,
mengidentifikasikan kebutuhan bersama dan melakukan kegiatan bersama untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Anggota masyarakat bukan sebagai masyarakat sistem
klien yang bermasalah, melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki
potensi, hanya saja potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan.
Menurut
Sapriya, (2009:176) bahwa pengembangan PIPS di masyarakat adalah salah satunya
dengan pengembangan partisipasi sosial yakni diantaranya :
1. Pengembangan
Kepekaan Sosial
Secara
harfiah, istilah “kepekaan” (sensitivity) berasal darii kata peka yang berarti
mudah merasa atau mudah terangsang, atau suatu kondisi seseorang yang mudah
bereaksi terhadap suatu keadaan. Apabila dikaitkan dengan kondisi sosial maka
istilahnya menjadi kepekaan sosial ialah dimana kondisi seseorang yang mudah
bereaksi terhadap masalah-masalah sosial atau kemasyarakatan.
2. Pengembangan
Partisipasi Sosial
Pengenbangan
partisipasi sosial sejalan dengan tujuan IPS bahwa aspek yang cukup penting dan
perlu diterapkan kepada peserta didik adalah bagaimana agar mereka, para
peserta didik dapat berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial.
Belajar IPS hendaknya dapat memperdayakan peserta didik sehinggga segala
potensi dan kemampuannya, baik pengetahuan, sikap, maupun keterampilannya dapat
berkembang. Semua kemampuan ini dapat diwujudkan dalam proses pembelajaran
melalui aktivitas pelatihan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.
Dalam
pengembangan PIPS di masyarakat diantaranya :
a. Kurikulum
pembelajran IPS dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk belajar mengkaji
dan menganalisis tantang isu-isu kemasyarakatan dan akibat-akibat dari kemajuan
ilmu dan teknologi.
b. Dalam
pembelajaran harus lebih terkait dengan keadaan masyarakat dimana ia tinggal.
c. Pola
pikir PIPS di masyarakat meliputi pola pikir PIPS di masyarakat mempunyai sikap
mental yang kondusif dan siap menerima pembaharuan atau modernisasi antara
lain:
1) Senantiasa
berorientasi ke masa depan
2) Senantiasa
berhasrat memanfaatkan dan mengembangkan lingkungan demi peningkatan
kesejahteraan hidup.
3) Senantiasa
menilai tinggi pada suatu prestasi.
4) Mampu
menilai tinggi usaha fihak lain yang meraih prestasi atas kerja kerasnya
sendiri.
Pengembangan
PIPS di masyarakat harus sesuai dengan pola pikir, nilai, dan norma yang ada
dalam masyarakat agar terjadi sebuah penyesuaian yang baik dalam menerapkan
PIPS di masyarakat yang dari segi pendidikan dan sarana prasarana dalam
pembelajaran yang berorintasi pada pengembangan PIPS tercipta dengan baik dan
mudah diterima serta di terapkan dalam masyarkat sempit maupun luas, dan juga
dapat menghasilkan peserta didik yang mempunyai prilaku, nilai, kemampuan dan
keterampilan yang sesuia dengan PIPS yang sudah diterapkan dalam proses
pembelajaran dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar