Selasa, 13 Desember 2016

Pengembangan Pendidikan IPS Di Masyarakat


Pendidikan  IPS yang selama ini yang terkesan jalan di tempat, masih belum mendapatkan posisi yang membanggakan di tengah arus globalisasi, menghadapi fenomena ini pendidikan IPS idealnya harus responsif dan menata diri berhadapan dengan globalisasi. Menurut Somantri (2001:134) PIPS harus mampu mengembangkan dan memplopori pembaharuan dalam IP, karena dengan berkembangnya PIPS yang berpotensi untuk mengembangkan diri ke arah peningkatan mutu lewat berbagai pembaharuannya.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, apabila PIPS tetap ingin eksis dan mempunyai kedudukan yang berarti bagi umat manusia yaitu:
1.    Pembaharuan kurikulum PIPS hendaknya bukan sekedar tambal sulam, tetapi lebih bersifat interdisipliner dan berorientasi pada “functional knowledge” serta aspirasi kebudayaan Indonesia dan nilai-nilai agama.
2.    Pengajar harus mampu menyajikan pengajaran atau pembelajaran yang bersifat interdisiplin, berperan sebagai fasilitator pembelajar dan menjadi problem solver baik dikampus atau sekolah maupun di tengah-tengah masyarakat. Pengajar harus mampu memahami kebutuhan dasar lingkungannya, sehinggga pengajaran PIPS tidak bersifat kering.
3.    Membangun hubungan secara sinergis antara LPTK, praktisi pendidikan, sekolah, pembuat kebijakan pendidikan, serta berbagai elemen environment guna melakukan sharing untuk menyusun kurikulum yang integratif dan responsif terhadap permasalahan-permasalahan riil, baik lokal, regional, nasional maupun internasional.
4.    Kurikulum PIPS mampu membuat estimasi kehidupan yang akan berlangsung 30-50 tahun yang akan datang. Paradigma kutikulum PIPS berorientasi ke depan, dan konskuensinya kurikulum harus mampu mengantisipasi kecendrungan-kecendrungan yang akan datang.
Pendidikan PIPS sebagai synthetic discipline berusaha mengorganisasikan dan menembangkan substansi ilmu-ilmu sosial secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. PIPS mempunyai peran penting dalam membangun identitas nasional untuk menjadikan peserta didik tang kreatif, mampu memecahkan masalah diri dan lingkungannya, serta menjadi warga negara yang baik dan bermoral. Di tengah iklim globalisasi, PIPS tetap diperlukan baik sebagai penopang identitas nasional, maupun problem solver masalah-masalah lokal, regional, nasional, dan global. Berbagai masalah PIPS baik dari kurikulum, pengembangan di LPTK, kemampuan guru dalam mengajarkan, dan kebijakan pemerintah dalam mendorong PIPS yang ideal perlu terus diusahakan secara optimal. Tanpa sinergitas dari berbagai komponen diatas, sulit mewujudkan PIPS yang bermakna.
IPS merupakan seperangkat fakta peristiwa, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan prilaku dan tindakan manusia untuk membangun dirinya, masyarakatnya, bangsanya dan lingkungannya berdasrkan pada pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan datang, diantaranya (Somantri, 2001, hal. 183) :
1.    Mengembangkan pengetahuan kesosiologian, kegeorafian, keekonomian, dan kesejarahan.
2.    Mengembangkan kemampuan berfikir, inquiri, penmecahan masalah, dan keterampilan sosial.
3.    Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4.    Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat loka, nasional, dan global.
Pengembangan pendidikan relevansi dengan harapan agar hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan, dalam arti dapat memberi dampak bagi pemenuhan kebutuhan peserta didik, baik kebutuhan kerja, kehidupan di masyarakat dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Dalam perekembangan proses pembelajaran harus bermakna, salah satu pembelajran berbasis budaya yang bertujuan untuk menciptakan arti bersifat dinamis. Proses tersebut memberikan kesempatan arti bersifat dinamis. Proses tersebut memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan berbagai rasa ingin ketahuannya, terlibat dalam proses analisis dan eksplorasi yang kreatif untuk mencari jawaban, serta terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang  unik (Suprayeksi, 2007, hal. 4.35)
Pengembangan masyarakat menurut (Suharto, 2009, hal. 38) memiliki fokus terhadap upaya menolong anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerja sama, mengidentifikasikan kebutuhan bersama dan melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Anggota masyarakat bukan sebagai masyarakat sistem klien yang bermasalah, melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi, hanya saja potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan.
Menurut Sapriya, (2009:176) bahwa pengembangan PIPS di masyarakat adalah salah satunya dengan pengembangan partisipasi sosial yakni diantaranya :
1.    Pengembangan Kepekaan Sosial
Secara harfiah, istilah “kepekaan” (sensitivity) berasal darii kata peka yang berarti mudah merasa atau mudah terangsang, atau suatu kondisi seseorang yang mudah bereaksi terhadap suatu keadaan. Apabila dikaitkan dengan kondisi sosial maka istilahnya menjadi kepekaan sosial ialah dimana kondisi seseorang yang mudah bereaksi terhadap masalah-masalah sosial atau kemasyarakatan.
2.    Pengembangan Partisipasi Sosial
Pengenbangan partisipasi sosial sejalan dengan tujuan IPS bahwa aspek yang cukup penting dan perlu diterapkan kepada peserta didik adalah bagaimana agar mereka, para peserta didik dapat berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial. Belajar IPS hendaknya dapat memperdayakan peserta didik sehinggga segala potensi dan kemampuannya, baik pengetahuan, sikap, maupun keterampilannya dapat berkembang. Semua kemampuan ini dapat diwujudkan dalam proses pembelajaran melalui aktivitas pelatihan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.
Dalam pengembangan PIPS di masyarakat diantaranya :
a.    Kurikulum pembelajran IPS dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk belajar mengkaji dan menganalisis tantang isu-isu kemasyarakatan dan akibat-akibat dari kemajuan ilmu dan teknologi.
b.    Dalam pembelajaran harus lebih terkait dengan keadaan masyarakat dimana ia tinggal.
c.    Pola pikir PIPS di masyarakat meliputi pola pikir PIPS di masyarakat mempunyai sikap mental yang kondusif dan siap menerima pembaharuan atau modernisasi antara lain:
1)   Senantiasa berorientasi ke masa depan
2)   Senantiasa berhasrat memanfaatkan dan mengembangkan lingkungan demi peningkatan kesejahteraan hidup.
3)   Senantiasa menilai tinggi pada suatu prestasi.
4)   Mampu menilai tinggi usaha fihak lain yang meraih prestasi atas kerja kerasnya sendiri.
Pengembangan PIPS di masyarakat harus sesuai dengan pola pikir, nilai, dan norma yang ada dalam masyarakat agar terjadi sebuah penyesuaian yang baik dalam menerapkan PIPS di masyarakat yang dari segi pendidikan dan sarana prasarana dalam pembelajaran yang berorintasi pada pengembangan PIPS tercipta dengan baik dan mudah diterima serta di terapkan dalam masyarkat sempit maupun luas, dan juga dapat menghasilkan peserta didik yang mempunyai prilaku, nilai, kemampuan dan keterampilan yang sesuia dengan PIPS yang sudah diterapkan dalam proses pembelajaran dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar